Medication error (kesalahan pengobatan) adalah suatu kejadian yang sebenarnya bisa dicegah, kejadian yang menyebabkan penggunaan obat tidak tepat sehingga dapat membahayakan pasien. Hal ini dapat terjadi didalam setiap proses pengobatan. Proses yang dapat menyebabkan medication error ini dapat terjadi pada 4 fase yaitu kesalahan dalam peresepan (prescribing error), kesalahan dalam menerjemahkan resep (transcribing error), kesalahan dalam penyiapan dan peracikan obat (dispensing error) serta kesalahan penyerahan obat kepada pasien (administration error).
Kesalahan Peresepan (Prescribing Error)
Kesalahan dalam peresepan merupakan kesalahan yang paling utama dalam pengobatan. Kesalahan ini dapat mempengaruhi kualitas kesehatan hingga keselamatan pasien. Antara lain mencakup segala hal yang terkait dengan tindakan penulisan resep seperti kelengkapan persyaratan resep, penulisan resep yang tidak jelas, peresepan yang tidak efektif seperti kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi, kontra indikasi, alergi yang tidak diketahui, terapi obat yang sedang berlangsung hingga faktor lainnya).
Selain itu, penggunaan istilah dan satuan ukuran pada resep yang berkembang dari bahasa latin menjadi penyingkatan-penyingkatan penulisan oleh pembuat resep juga dapat menyebabkan kesalahan penafsiran hingga kesalahan pemakaian. Kesalahan dalam peresepan dapat dihindari dengan pengendalian kosakata yang terkendali, pengurangan pemakaian singkatan, perhatian dalam penulisan angka baik dalam jumlah ataupun satuan kandungan obat (Ansel, 2006)
Kesalahan Menerjemahkan Resep (Trascribing Error)
Kesalahan terjadi saat pembacaan atau menerjemahkan resep yang berlanjut hingga salah pada proses penyiapan obat maupun peracikan obat. Kesalahan dapat terjadi karena tulisan yang tidak jelas, informasi yang kurang tepat ataupun penggunaan singkatan-singkatan yang kurang dimengerti.
Tipe-tipe kesalahan dalam menerjemahkan resep diantaranya berupa :
- Kelalaian, contohnya ketika obat diresepkan namun tidak diberikan
- Kesalahan interval, contohnya aturan pakai yang diperintahkan tidak tepat waktu
- Obat alternatif, contohnya mengganti obat tanpa sepengetahuan dokter
- Kesalahan penulisan dosis karena kurang teliti pada salinan resep
- Kesalahan rute pemberian obat
- Kesalahan informasi detail pasien seperti nama, umur, gender, berat badan.
Maka dari itu, penting bagi Apoteker untuk bisa membaca resep dengan baik, melakukan kajian terhadap resep yang masuk. Kajian resep ini meliputi kelengkapan administrasi, kesesuaian farmasetika, dan pertimbangan klinisnya. Jika ada yang ragu atau tidak dimengerti, Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep dan bertanya terkait resep tersebut.
(Baca juga : Bagaimana Alur Pelayanan Resep di Apotek?)
Kesalahan Penyiapan dan Peracikan Obat (Dispensing Error)
Proses dispensing merupakan proses menyiapkan obat untuk orang yang namanya tertera pada resep sehingga perlu dipastikan ketepatan resep obat hingga ketepatan seleksi zat aktif yang diberikan.
Nah, kesalahan dalam penyiapan dan peracikan diantaranya adanya perbedaan antara obat yang diresepkan dengan obat yang diserahkan kepada pasien meliputi salah nama obat, salah kekuatan obat hingga kuantitas atau jumlah obat sehingga menyebabkan kesalahan dalam pengambilan obat. Hal tersebut bisa menimbulkan adanya reaksi alergi, terjadi kontraindikasi, hingga kegagalan dalam pengobatan.
Kesalahan dalam penyiapan dan peracikan obat dapat dicegah salah satunya adalah dengan penyusunan obat yang lebih teratur seperti disusun berdasarkan alfabet, dsb untuk menghindari kesalahan pengambilan obat. Selain itu, tahapan dalam pelaksanaan mulai dari menerima resep dan memvalidasinya hingga proses peracikan perlu diperhatikan kembali sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
(Baca lebih lanjut : Cara Melakukan Dispensing yang Baik di Apotek)
Kesalahan Penyerahan Obat Kepada Pasien (Administration Error)
Kesalahan yang terjadi karena obat yang diterima oleh pasien tidak sesuai dengan apa yang tertera ataupun yang dimaksudkan oleh penulis resep. Kesalahan yang sering terjadi adalah obat yang tertukar karena nama yang sama hingga pemberian informasi yang kurang jelas ataupun tidak tepat seperti informasi waktu pemberian obat hingga cara penggunaan obat.
Nah, untuk menghindari kesalahan dalam pengobatan di Apotek, maka seorang Apoteker sangat berperan dalam pencegahan terjadinya kesalahan dalam pengobatan ini, lho! Melalui crosscheck kembali sebelum memberikan obat ke pasien. Periksa kembali apakah sudah sesuai dengan resep dan pasien yang dimaksud adalah benar.
Menurut Depkes RI 2008, pencegahan kesalahan dalam pengobatan dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi pasien minimal dengan 2 identitas seperti nama, alamat, dan nomor rekam medis. Selalu menghubungi dokter penulis resep jika terdapat hal yang kurang jelas untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep. Selain itu, untuk lebih lanjut diperlukan juga informasi mengenai pasien seperti data demografi (tinggi badan, berat badan, dll) dan hasil pemeriksaan (fungsi organ, hasil lab, dll) untuk perhitungan dosis obat, terutama dalam penggunaan obat-obatan yang memerlukan penyesuaian dosis.
Sesuai dengan Permenkes Nomor 24 Tahun 2022, strategi lain untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengobatan adalah dengan beralih dari cara manual menjadi sistem komputerasasi (e-prescibing). Selain mencegah terjadinya kesalahan dalam pembacaan resep, input data juga dapat dilakukan lebih cepat, lebih praktis dan serba otomatis. Pemanfaatan software pengolah apotek seperti Apotek Digital dapat membantu apotek untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam medication error. Diantaranya Anda dapat memanfaatkan fitur Penerimaan dan Penebusan Resep untuk memudahkan peresepan secara digital, fitur Rekam Medis untuk mendokumentasikan rekam medis pasien, dan fitur Template Racikan untuk memudahkan perhitungan kebutuhan racikan dengan akurat, dan banyak fitur lainnya yang membuat mengelola apotek lebih mudah dan efisien.