Peran Apoteker di Apotek dalam Edukasi Swamedikasi

apt. Nurul Ayesya, S.Farm 3 min read

peran apoteker di apotek dalam swamedikasi

Menurut survei dari BPS tahun 2019, sebesar 71,46% masyarakat Indonesia melakukan swamedikasi dan jumlah ini terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk apotek, ini bisa menjadi peluang untuk memberi layanan terbaik sekaligus meningkatkan pendapatan. Apa itu swamedikasi? dan bagaimana peran Apoteker di apotek untuk memastikan swamedikasi dilakukan dengan benar? Di artikel ini Blog Apotek Digital akan membahasnya secara rinci!

Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi berasal dari kata swa (sendiri) dan medikasi (pengobatan) merupakan upaya pengobatan secara mandiri menggunakan obat yang tidak memerlukan resep dokter. Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), swamedikasi didefinisikan sebagai upaya untuk menggunakan atau memperoleh obat tanpa diagnosa, saran dokter, resep, dan pengawasan terapi. Meskipun begitu, praktik swamedikasi perlu pengawasan dari Apoteker.

Syarat Swamedikasi

Apoteker di apotek mempunyai peran yang besar dalam membantu pasien agar swamedikasi bisa dilakukan dengan benar. Walaupun tanpa berkonsultasi dengan dokter, pasien harus mendapat informasi obat yang sesuai dengan kondisinya agar pengobatan rasional, sesuai, dan tujuan terapi tercapai. Apoteker sangat berperan dalam memberikan edukasi terhadap swamedikasi yang akan dilakukan pasien. Berikut beberapa syarat yang harus diperhatikan Apoteker dan pasien ketika melakukan swamedikasi.

Hanya untuk penyakit ringan

Tidak semua penyakit boleh diobati dengan sendiri melalui swamedikasi. Ini hanya bisa dilakukan pada keluhan dan penyakit ringan yang sering dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, maag, cacingan, diare, penyakit kulit, jerawat, alergi ringan, dan lain-lain. Keluhan atau penyakit yang dapat diatasi dengan tindakan sederhana yang biasa disebut minor ailment dan tidak mengancam jiwa. Obat-obatan yang dikonsumsi juga hanya kategori obat bebas dan obat bebas terbatas yang tidak membutuhkan resep dokter. Penggunaannya obatnya pun tidak secara terus menerus.

Mampu mencari obat yang tepat

Apotek sebagai sarana kesehatan yang mudah ditemui, disinilah Apoteker berperan dalam memberikan informasi obat yang objektif dan rasional sesuai dengan kondisi pasien agar tercapai tujuan terapi. Apoteker perlu membantu pasien untuk memilih obat yang tepat sesuai dengan keluhan dan penyakitnya.

(Baca juga : Aturan Minum Obat : Sebelum, Sesudah, dan Saat Makan, Apa Perbedaannya?)

Golongan obat yang digunakan pada swamedikasi adalah obat OTC (over the counter) yaitu golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, serta obat golongan OWA (obat wajib apotek). Obat golongan OTC dapat diperoleh di apotek ,toko obat, supermarket, IFRS, puskesmas. Sedangkan OWA hanya boleh diberikan di apotek. OWA merupakan obat keras (atau obat resep), namun dalam jumlah terbatas obat ini dapat diberikan oleh Apoteker di apotek. Dasar hukum dari swamedikasi adalah Permenkes No 919/MENKES/PER/X/1993.

Adapun daftar obat wajib apotek bisa dilihat di :

Pasien tahu informasi mengenai obatnya

Setelah mengetahui obatnya apa, pasien harus tahu informasi mengenai obatnya. Informasi yang perlu diketahui diantaranya indikasi, cara pakai obat, efek samping, perhatian, dan cara penyimpanan obat. Pasien perlu mengetahui informasi tersebut untuk mengevaluasi diri terkait penyakitnya, melakukan pengobatan dengan tepat, dan tahu kapan perlu memeriksakan diri ke dokter jika swamedikasi tidak berhasil.

(Baca juga : Informasi yang Harus Disampaikan Saat Pelanggan Membeli Obat di Apotek)

Tidak semua pasien bisa melakukan

Swamedikasi tidak bisa dilakukan terhadap semua pasien. Hanya pasien dengan penyakit ringan yang bisa melakukan. Perhatian terhadap ibu hamil-menyusui, pasien pediatri (anak di bawah 2 tahun), dan geriatri (lansia) lebih baik diarahkan untuk memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter agar pengobatan lebih aman dan efektif.

Peran Apoteker pada Swamedikasi di Apotek

Dalam praktik swamedikasi di masyarakat, Apoteker memiliki peran dan tanggung jawab yang penting. Meliputi melakukan asasmen terhadap kondisi pasien, menyediakan obat, dan memberikan edukasi terhadap praktik swamedikasi.

Melakukan patient assessment

Apoteker berperan dalam melakukan asasmen pasien untuk menjamin swamedikasi berjalan dengan aman dan sesuai kondisi pasien. Asasmen pasien dapat dilakukan dengan dua metode berikut, yaitu :

Metode ASMETHOD

Apoteker bisa melakukan asasmen melalui pertanyaan dengan metode ASMETHOD, yaitu :

A : Age/appearance (berapa usia pasien?)

S : Self/someone else (pengobatan untuk diri sendiri atau orang lain?)

M : Medication (apakah sudah mengonsumsi obat-obatan dalam waktu dekat?)

E : Extra medicine (usaha lain yang dilakukan untuk mengatasi gejala atau keluhan sakit)

T : Time (berapa lama gejala atau keluhan sakit sudah terasa?)

H : History (riwayat pasien)

O : Other (apakah ada gejala lain yang dirasakan?)

D : Danger (gejala yang brbahaya)

Metode WHAM

Pertanyaan pada metode WHAM lebih singkat dibandingkan metode ASMETHOD. Asasmen pasien dengan metode ini ada beberapa poin yang bisa ditanyakan, yaitu :

W : Who (siapa yang sakit?)

H : How long (berapa lama sudah merasakan gejala atau sakit?)

A : Action taken (tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi keluhan/gejala?)

M : Medication taken (obat apa yang sudah digunakan?)

Menyediakan obat-obatan untuk swamedikasi di apotek

Apoteker berperan untuk menyediakan obat-obatan yang dapat digunakan untuk swamedikasi diantaranya obat OTC (over the counter) yaitu golongan obat bebas dan obat bebas terbatas. Atau jika membutuhkan bisa diberikan obat golongan OWA (obat wajib apotek) dalam jumlah terbatas.

Memberikan edukasi dan informasi obat

Apoteker berperan dalam memberikan edukasi dan pemberian informasi obat yang objektif, rasional dan relavan. Disesuaikan dengan kondisi dan keluhan pasien sehingga terjamin penggunaan obat yang aman dan berefikasi. Apoteker juga berperan dalam mencegah kesalahan dalam pengobatan. Saat edukasi terkait swamedikasi oleh masyarakat, setidaknya Apoteker harus mempertimbangkan ketepatan penetuan indikasi/penyakit, ketepatan pemilihan obat, dan ketepatan dosis obat dan cara penggunaannya.

Selain itu, Apoteker juga harus menjelaskan kepada pasien bagaimana memonitor penyakit/keluhannya, kapan harus menghentikan pengobatannya, dan kapan harus berkonsultasi dengan dokter.

Informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker kepada pasien saat melakukan swamedikasi, antara lain

  • Indikasi dan khasiat obat. Sampaikan khasiat obat sesuai dengan indikasi pasien
  • Kontraindikasi (hal yang menyebabkan pasien tidak boleh menggunakan obat tersebut)
  • Efek samping obat dan cara menanganinya
  • Cara pakai obat
  • Dosis (jumlah atau takaran tertentu dar obat yang dibutuhkan untuk mencapai efek terapi)
  • Lama pemakaian, jelaskan berapa lama obat ini harus digunakan, dan kapan perlu konsultasi ke dokter
  • Hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan obat, misal diminum ketika perut kosong, dll
  • Cara penyimpanan obat

Peranan Apoteker di apotek pada swamedikasi sangat penting untuk mendukung pasien menggunakan obat yang tepat dengan cara yang tepat sesuai dengan kondisi atau keluhan pasien. Hal ini bertujuan untuk menjamin obat tetap aman, berkualitas dan berefikasi saat digunakan. Untuk membantu pengelolaan apotek agar lebih mudah dan handal sehingga Apoteker bisa lebih fokus terhadap pelayanan seperti swamedikasi, apotek bisa menggunakan software Apotek Digital. Dengan bantuan software apotek yang handal, Apoteker tidak banyak menghabiskan waktu untuk urusan pencatatan, administrasi, dan pelaporan sehingga bisa banyak berperan dalam memberikan layanan termasuk layanan swamedikasi. Coba gratis softwarenya disini!

Apotek Digital - Software Apotek Handal, Lengkap, dan Mudah. Yuk daftar di sini Gratis!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *