Panduan Lengkap Menentukan Harga Jual Obat di Apotek

apt. Nurul Ayesya, S.Farm 3 min read

harga jual obat

Menentukan harga jual obat merupakan aspek krusial dalam bisnis apotek yang akan mempengaruhi daya saing dan profitabilitas. Ini akan mempengaruhi kompetisi dengan kompetitor serta mempengaruhi omzet dan keuntungan apotek. Harga jual obat di apotek (HJA) adalah harga produk (atau obat) yang ditawarkan apotek kepada pasien/pelanggan. Penetapan harga jual apotek dilakukan untuk menyeimbangkan agar harga tidak terlalu tinggi sehingga terjangkau oleh masyarakat, namun tetap harus mampu memberi keuntungan ke apotek.

(Baca juga : Rumus Memenangkan Persaingan Bisnis Apotek)

Faktor Mempengaruhi Harga Jual Obat di Apotek

Penentuan harga jual obat terkadang membingungkan pebisnis apotek terutama jika baru menjalankan bisnis apotek. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai harga jual obat di apotek, diantaranya :

Harga Nett Apotek (HNA)

HNA atau Harga Nett Apotek adalah harga modal atau harga beli obat dari PBF (padagang besar farmasi) atau supplier sebelum ada diskon dan cashback. Nilai HNA bisa dilihat di faktur pembelian, yang merupakan harga beli obat per satuan kemasan.

Diskon yang Diberikan Supplier/PBF

Supplier atau PBF mempunyai kebijakan diskon, bonus, maupun cashback tersendiri. Perbedaan produk dan jumlah pembelian dari apotek juga akan mempengaruhi diskon yang diberikan kepada apotek. Jika apotek sudah sering berbelanja di supplier tertentu, maka besar kemungkinan diskon yang diperolehnya juga semakin besar. Selain diskon, penawaran yang ditawarkan supplier juga bisa berupa cashback dan produk hadiah, misal beli 5 box gratis 1 box. Semakin besar diskon yang didapat apotek, maka akan menekan harga beli/modal sehingga apotek bisa memberi harga jual yang lebih rendah dengan tetap memperhatikan mark up produk.

(Baca juga : Tips Memilih Distributor Obat PBF yang Tepat di Apotek)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas nilai tambah dari suatu Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dipungut saat melakukan transaksi atau penyerahan. Saat ini PPN ditentukan sebesar 11%. PPN ini diperhitungkan saat menghitung harga jual obat.

(Baca juga : Panduan Lengkap Pajak Apotek : Hal Penting yang Wajib Diketahui)

Nilai Keuntungan atau Mark Up

Persentase keuntungan yang ingin diperoleh apotek juga perlu diperhitungkan. Mark up adalah penambahan harga pada biaya/modal suatu produk untuk menghasilkan harga jual tertentu. Jika apotek menetapkan mark up terlalu tinggi maka harga jual obat akan semakin tinggi. Besaran mark up ini ditentukan sendiri oleh apotek. Biasanya berkisar 10%-40%. Apotek bisa menetapkan mark up yang relatif lebih tinggi untuk obat paten dan obat dengan resep dokter, sedangkan untuk obat generik dan obat tanpa resep mark up cenderung lebih rendah. Disini perlu strategi apotek agar mark up yang ditentukan memberi keuntungan namun tidak terlalu mahal.

Apa itu mark up? Mark up adalah penambahan harga pada biaya suatu produk untuk menghasilkan harga jual. Singkatnya adalah persentase keuntungan yang diharapkan dari peningkatan harga beli/harga pokok.

(Baca juga : Margin vs Mark Up, Apa Perbedaannya?)

Harga Eceran Tertinggi (HET)

Struktur harga yang ditetapkan oleh Gabungan Perusahaan Farmasi dan disetujui pemerintah disebut HET (Harga Eceran Tertinggi). HET adalah harga jual tertinggi obat di apotek, toko obat, dan IFRS/klinik. HET dicetak di label obat oleh industri farmasi sampai pada satuan kemasan terkecil. Informasi HET wajib ada pada obat, baik obat bebas, bebas terbatas, dan obat keras.

Menurut Permenkes No 98 tahun 2015, Apotek, toko obat dan IFRS/klinik harus menjual obat dengan harga sama atau lebih rendah dari HET. Namun, bisa menjual dengan harga lebih tinggi jika harga pada label sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini, jika harga lebih tinggi maka apotek harus memberikan penjelasan kepada masyarakat/pelanggan.

Harga Obat di Apotek Kompetitor

Harga produk di apotek kompetitor perlu diperhitungkan terutama untuk obat bebas dan obat bebas terbatas top brand yang sering diiklankan di televisi. Karena masyarakat cenderung lebih mengetahui brand tersebut. Anda bisa mengusahakan agar harga produk sama dengan atau lebih rendah dari harga produk di kompetitor. Hal ini bisa menjadi strategi untuk meningkatkan penjualan di apotek Anda.

(Baca juga : Tips Ampuh untuk Meningkatkan Omzet Apotek Baru Buka)

Biaya Lainnya

Biaya lainnya merupakan biaya yang dikenakan terhadap pembelian obat diluar harga modal. Contohnya adalah biaya embalase (biaya kemasan, salinan resep, plastik), biaya service/pelayanan (seperti biaya jasa apoteker dan biaya peracikan), dan biaya antar (jika ada).

Rumus Menentukan Harga Jual Obat (HJA) di Apotek

Untuk menentukan harga jual obat (HJA), umumnya rumus yang digunakan adalah :

HJA = [(HNA + PPN) + mark up] + biaya lainnya

Nilai HNA (harga nett apotek) didapat dari faktur pembelian, merupakan harga beli obat per satuan kemasan. Per satuan kemasan yang dimaksud adalah satuan kemasan terkecil yang dijual di apotek.

Mark up atau keuntungan yang diharapkan apotek besarnya bervariasi bergantung kebijakan apotek. Biasanya mark up untuk obat keras yang membutuhkan resep lebih besar daripada obat tanpa resep (obat bebas dan bebas terbatas). Kisaran mark up bisa antara 10-40% bergantung dari produknya. Disini perlu strategi apotek agar mark up yang ditentukan memberi keuntungan namun tidak terlalu mahal.

Biaya lainnya bisa ditambahkan seperti biaya konsultasi Apoteker, biaya peracikan (untuk obat racikan), dan biaya embalase.

Contoh Perhitungan Harga Jual Obat

Apotek membeli Paracetamol Tablet dari PBF dengan harga beli Rp50.000/box. 1 box berisi 10 strip @ 10 tablet. Apotek menjual produk tersebut dalam satuan strip. PPN saat ini 11%. Apotek menetapkan mark up 20% dan biaya embalase sebesar Rp200. Maka berapa harga jual obat Paracetamol Tablet tersebut?

HNA = Rp50.000 : 10 strip = Rp5.000/strip.

HJA = [(HNA + PPN) + mark up] + biaya lainnya = [(5.000 + 11%) + 20%] + 200 = 6.860

Maka harga jual obat Paracetamol Tablet tersebut adalah Rp6.860/strip

Tips Menentukan Harga Jual Obat Agar Menguntungkan Apotek

Pebisnis apotek harus cermat dalam menetapkan harga jual, sebab jika terlalu tinggi akan membuat apotek kurang kompetitif dan membuat pasien/pelanggan enggan berbelanja ke apotek. Namun juga tidak terlalu rendah untuk membuat apotek tetap profit.

(Baca juga : Tujuh Cara Agar Pelanggan Lebih Sering Belanja ke Apotek)

Manfaatkan Software Apotek Digital untuk merasakan kemudahan dalam melakukan aktivitas pengelolaan di apotek, termasuk dalam menentukan harga jual obat dan melakukan analisis harga modal yang penting untuk menjaga mark up produk di apotek. Dengan Apotek Digital harga jual dapat dihitungkan oleh sistem berdasarkan harga beli dan mark up yang ditentukan.

Input master produk dan hitung harga jual obat berdasarkan markup yang ditetapkan

Selain itu, dengan fitur Analisis Harga, pebisnis apotek dapat mengetahui jika ada perubahan harga beli/harga modal baik berupa kenaikan ataupun penurunan. Dilengkapi juga rekomendasi perubahan harga yang bertujuan untuk menjaga mark up produk. Sehingga pebisnis apotek dapat lebih bijak dalam menentukan harga jual produk.

Fitur Analisis Harga Jual Obat di Aplikasi Apotek Digital
Fitur Analisis Harga Produk di Software Apotek Digital

Dalam menghitung harga jual obat ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan dan dipertimbangkan. Dengan memanfaatkan sistem apotek, bisa mempermudah dalam menghitung harga jual obat termasuk menganalisis perubahan harga hingga mark up produk apotek tetap terjaga. Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai apa saja yang perlu ditawarkan dari software Apotek Digital bisa kunjungi disini.

Apotek Digital - Software Apotek Handal, Lengkap, dan Mudah. Yuk daftar di sini Gratis!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *