Dispensing di apotek adalah rangkaian proses mulai dari diterimanya resep atau permintaan obat hingga penyerahan obat kepada pasien atau pelanggan. Ini merupakan salah satu aktivitas pelayanan farmasi klinik di apotek sesuai dengan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016. Apotek perlu melakukan dispensing yang baik untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam penyiapan obat dan memastikan penggunaan obat yang benar dan rasional. Pada pelayanan resep, maka dilakukan setelah hasil pengkajian resep memenuhi syarat.
Dalam pedoman Good Pharmacy Practice (GPP) oleh WHO–FIP dan Permenkes No. 73 Tahun 2016, dispensing merupakan salah satu fungsi paling penting dalam pelayanan farmasi di apotek.
Artikel ini membahas langkah-langkah dispensing yang benar, risiko bila dilakukan tidak tepat, serta tips praktis yang bisa langsung diterapkan.
Daftar Isi
- 1 Apa Itu Dispensing di Apotek?
- 2 Mengapa Dispensing yang Baik Sangat Penting?
- 3 Yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Dispensing
- 4 Langkah-Langkah Dispensing yang Benar di Apotek
- 4.1 1. Menyiapkan obat sesuai dengan kebutuhan pasien/pelanggan
- 4.2 2. Melakukan peracikan (bila perlu)
- 4.3 3. Memasukkan obat ke dalam wadah dan memberi etiket
- 4.4 4. Pemeriksaan obat
- 4.5 5. Memanggil dan memastikan identitas pasien
- 4.6 6. Memberikan obat sekaligus informasi obat
- 4.7 7. Melakukan pencatatan data pelanggan dan pengobatan pasien
- 5 Checklist Dispensing Aman untuk Apotek
- 6 Tips Praktis untuk Mencegah Kesalahan Dispensing
- 7 FAQ – Pertanyaan Umum
Apa Itu Dispensing di Apotek?
Menurut Permenkes 73/2016, dispensing adalah:
Serangkaian kegiatan mulai dari menyiapkan, memberikan, mengemas, memberi etiket/label, serta memberikan informasi obat kepada pasien atau tenaga kesehatan yang membutuhkan.
Dispensing dilakukan oleh:
- Apoteker
- Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dengan pengawasan apoteker
Tujuannya adalah memastikan obat diberikan tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat aturan pakai, tepat waktu, dan tepat informasi.
Mengapa Dispensing yang Baik Sangat Penting?
Dispensing merupakan titik rawan terjadinya medication error. WHO mencatat bahwa kesalahan pengobatan dapat menyebabkan:
- terapi tidak efektif
- efek samping berat
- resistensi antibiotik
- bahkan kematian pada kasus tertentu
(Sumber: WHO Medication Without Harm)
Kesalahan paling sering terjadi karena:
- salah pilih obat (Look-Alike/Sound-Alike – LASA)
- salah dosis
- salah etiket
- kurang informasi kepada pasien
Dispensing yang baik meminimalkan semua risiko tersebut.
Yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Dispensing
Kegiatan dispensing di apotek dilakukan oleh Apoteker dengan dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya merupakan tahap persiapan, yaitu sebelum melakukan dispensing. Apotek perlu memastikan beberapa hal berikut, diantaranya :
- Tersedianya SOP (standar operasional prosedur) tentang dispensing obat di apotek
- Pastikan personel yang terlibat sudah memahami SOP terkait dan sudah terlatih
- Dalam melakukannya, personel harus menjaga kebersihan/higiene dengan baik, termasuk menggunakan pakaian yang bersih
- Pastikan apotek mempunyai ruang sarana dispensing yang bersih, tersedia jadwal pembersihan, dan dilengkapi dengan alat kebersihan
- Tersedia prasarana atau peralatan, termasuk alat racik yang terjaga kebersihannya dan terkalibrasi. Contoh : timbangan sudah terkalibrasi
- Tersedia buku standar atau referensi terkait
- Sebelum melakukan penyiapan obat, pastikan skrining resep yang meliputi pengkajian administratif, kajian farmasetik dan pertimbangan klinis sudah dilakukan dan memenuhi persyaratan.
Langkah-Langkah Dispensing yang Benar di Apotek
Pelaksanaan yang baik bertujuan untuk memberikan dan memastikan pasien mendapatkan obat yang benar dan rasional. Berikut tahapan cara melakukan dispensing yang baik di apotek.
1. Menyiapkan obat sesuai dengan kebutuhan pasien/pelanggan
Ketika pelanggan/pasien datang ke apotek, setidaknya ada dua jenis pelayanan obat, yaitu pelayanan resep dan pelayanan non resep. Pelayanan non resep berlaku untuk obat golongan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek, termasuk pelayanan swamedikasi. Sedangkan pelayanan resep adalah melayani sesuai dengan resep dokter, dalam hal ini meliputi obat keras (baca lebih lanjut di : Kenali Jenis Obat Berdasarkan Logo Obat).
Dalam pelaksanaanya, apotek perlu melakukan :
a. Menghitung kebutuhan obat sesuai dengan permintaan pelanggan atau resep (jika pelayanan resep)
b. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa, dan keadaan fisik obat. Jangan lupa untuk melakukan pencatatan pada kartu stok obat.
2. Melakukan peracikan (bila perlu)
Meracik adalah kegiatan mencampur beberapa bahan untuk dijadikan obat (yang disebut obat racikan, seperti puyer/serbuk bagi, krim racikan, dan sirup racikan). Untuk obat racikan maka Apoteker perlu memperhatikan stabilitas obat, desain pelepasan, dan inkompatibilitas obat. Apoteker juga perlu memastikan perhitungan kebutuhan bahan racikan sudah benar. Lakukan kegiatan meracik dengan alat racik yang bersih sesuai dengan SOP yang berlaku.
3. Memasukkan obat ke dalam wadah dan memberi etiket
Obat dimasukkan ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk menjaga mutu obat dan menghindari kesalahan penggunaan. Untuk obat non racikan, obat diberikan dalam kemasan aslinya (kemasan dari pabrik/manufacturer). Berikan etiket yang berisi tentang informasi tanggal, nama obat, kegunaan obat, nama pasien, dan aturan pakai. Etiket juga diberi keterangan yang sesuai seperti “kocok dahulu” untuk obat suspensi dan emulsi, dan “habiskan” untuk obat golongan antibiotik.
Ada dua jenis etiket berdasarkan penggunaanya yaitu :
- Etiket berwarna putih. Digunakan untuk obat dalam seperti obat yang diberikan melalui oral/mulut dan obat yang diinjeksikan
- Etiket berwarna biru. Digunakan untuk obat luar seperti yang digunakan di permukaan kulit/topikal
4. Pemeriksaan obat
Sebelum obat diberikan ke pasien/pelanggan, maka perlu dilakukan pemeriksaan kembali mengenai ketepatan nama pasien, kesesuaian obat dengan permintaan/resep, serta kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep.
5. Memanggil dan memastikan identitas pasien
Jika sudah tepat, Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian memanggil nama atau nomor tunggu pasien. Lakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan identitas pasien benar.
6. Memberikan obat sekaligus informasi obat
Selanjutnya, berikan obat sekaligus berikan informasi obat. Apoteker perlu memastikan yang disebut “7 tepat”, yaitu tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat aturan pakai, tepat bentuk sediaan, tepat waktu pemberian dan tepat dokumentasi. Penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi obat agar pasien paham cara menggunakan obatnya dan tujuan pengobatannya tercapai. Apoteker dan TTK harus memberikan informasi yang benar, jelas, tidak bias, terkini, dan bijaksana. Informasi obat setidaknya meliputi nama obat, indikasi, cara pakai obat, efek samping yang mungkin muncul, perhatian/peringatan (hal apa saja yang harus diperhatikan selama menggunakan obat), cara penyimpanan obat, dan lama penggunaan obat. Jika diperlukan, pasien dapat diberikan konseling obat di ruang konseling.
7. Melakukan pencatatan data pelanggan dan pengobatan pasien
Apoteker perlu melakukan pencatatan terhadap data pelanggan termasuk catatan pengobatannya. Hal ini berguna sebagai dokumentasi, follow-up untuk monitor efek samping obat, memantau keberhasilan terapi, serta membangun hubungan baik dengan pelanggan. Catatan pengobatan pasien diutamakan untuk pasien yang diprioritaskan mendapat pelayanan farmasi klinik seperti konseling dan PTO (pemantauan terapi obat) seperti pasien dengan penyakit kronis.
Checklist Dispensing Aman untuk Apotek
Gunakan daftar cek berikut sebelum obat diserahkan:
- Tepat Obat
- Tepat Pasien
- Tepat Dosis
- Tepat Aturan Pakai
- Tepat Bentuk Sediaan
- Tepat Waktu
- Tepat Dokumentasi (Adaptasi dari WHO–FIP GPP & Permenkes 73/2016)
Tips Praktis untuk Mencegah Kesalahan Dispensing
- Gunakan label warna untuk obat LASA
- Terapkan double-check system
- Simpan obat high-alert terpisah dengan signage
- Pastikan rak obat tertata berdasarkan alfabet / kategori
- Minimalkan distraksi saat menyiapkan obat
- Sediakan waktu khusus untuk patient counseling
- Gunakan software apotek untuk mengurangi human error
Terkait dengan peningkatan pelayanan dan penjualan apotek, apotek juga dapat mengelola data pelanggan untuk mendukung strategi dalam pemasaran. Sebagai seorang pebisnis apotek, Anda harus memikirkan strategi apa yang akan digunakan untuk dapat mempertahankan pelanggan lama serta menarik lebih banyak pelanggan baru. Salah satu kunci dalam keberhasilan suatu usaha adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan. Tak hanya itu, menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan juga dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan. Dengan software Apotek Digital, apoteker dan pebisnis apotek dapat dengan mudah menginput dan mengelola data pelanggan di apotek.

FAQ – Pertanyaan Umum
Siapa yang boleh melakukan dispensing di apotek?
Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (TTK) yang bekerja di bawah supervisi apoteker.
Bagaimana cara mencegah kesalahan dispensing?
Gunakan checklist dispensing, double-check dengan orang berbeda untuk meminimalisir kesalahan, gunakan label warna untuk obat-obat LASA, dan edukasi pasien (pastikan pasien mendapatkan informasi secara jelas dan tepat).
Bagaimana jika saya tidak yakin dengan resep pasien?
Jika ragu, wajib melakukan klarifikasi dengan dokter penulis resep sebelum menyiapkan obat.
Referensi
Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019, Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
WHO. 2024. Medication Without Harm.
